Minggu, 06 Desember 2009

POSISI DAN RAGAM GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

 
PENDAHULUAN

Perlu dicatat bahwa dalam interaksi instruksional antara guru dengan siswa, istilah proses mengajar-belajar (PMB) dipandang lebih tepat daripada proses belajar-mengajar (PBM). Alasannya, karena dalam “proses” ini yang hampir selalu lebih dahulu aktif adalah guru (mengajar) lalu diikuti oleh aktivitas siswa (belajar), bukan sebaliknya. Selain itu para pakar psikologi pendidikan kelas dunia seperti Barlow (1985) dan Good & Brophy (1990) menyebut hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu dengan istilah “teaching-learning process” bukan “learning-teaching process”. Sehubungan dengan ini, setiap guru sangat diharapkan memiliki karakteristik (ciri khas) kepribadian yang ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis-pedagosis.
Hal lain yang juga perlu dimiliki oleh para guru adalah kompetensi dan profesionalisme keguruan yang sampai batas tertentu sering terlupakan oleh para guru. Sehingga, tidak jarang muncul anggapan bahwa guru itu tak berbeda dengan profesi lainnya. Oleh karena itu, dalam hal ini penulis akan menguraikan tentang posisi dan ragam guru dalam konteks belajar-mengajar. Namun dalam penggunaannya istilah PBM masih tetap dipertahankan untuk selanjutnya.













BAB I
PEMBAHASAN

Dalam PBM setiap materi pelajaran, posisi para guru sangat penting dan strategis, meskipun gaya dan penampilan mereka sangat bermacam-macam. Di antara mereka ada yang terlalu keras dan ada pula yang terlalu lemah dan sebagainya.
A.     Posisi Guru dalam Proses Belajar-mengajar
Menurut Claife (1976), guru adalah: ...an authority in the disciplines relevant to education, yakni pemegang hak otoritas atas cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan. Walaupun begitu, tugas guru tentu tidak hanya menuangkan ilmu pengetahuan ke dakam otak para siswa, tetapi juga melatih keterampilan (ranah karsa) dan menanamkan sikap serta nilai rasa (ranah rasa) kepada mereka (Daradjat, 1982).
Sehubungan dengan hal itu, rangkaian tujuan dan hasil yang harus dicapai guru terutama ialah membangkitkan kegiatan belajar siswa. Dengan kegiatan siswa diharapkan berhasil mengubah tingkah lakunya sendiri ke arah yang lebih maju dan positif.
Selanjutnya , untuk memperjelas uraian mengenai posisi guru tadi, berikut ini penulis sajikan sebuah model.
Posisi Guru dalam PBM



Siswa Belajar



Perubahan positif tingkah laku kognitif afektif, dan psikomotor siswa




Guru
Mengajar




Model ini menunjukkan bahwa kegiatan belajar siswa merupakan akibat atau hasil kegiatan guru mengajar dalam konteks PBM. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan adanya proses belajar siswa tanpa melibatkan kegiatan guru, misalnya belajar di luar konteks PBM atau ketika siswa melakukan apa yang disebut everyday learning (Biggs, 1991). Artinya, setiap guru mengajar selalu membutuhkan murid belajar, tetapi tidak semua murid belajar membutuhkan guru mengajar.

B.     Ragam Guru dalam Proses Belajar-mengajar
Berdasarkan hasil riset mengenai gaya penampilan dan kepemimpinan para guru dalam mengelola PBM, ditemukan tiga ragam guru, yakni: otoriter, laissez-faire, dan demokratis. Tetapi, Barlow (1985) mengemukakan satu lagi yaitu otoritatif. Penjelasan mengenai ragam-ragam guru ini adalah sebagai berikut.
Pertama, guru otoriter (authoritarian). Secara harfiah, otoriter berarti berkuasa sendiri atau sewenang-wenang. Dalam PBM, guru yang otoriter selalu mengarahkan segala aktivitas siswa dengan keras tanpa dapat ditawar-tawar lagi. Hanya sedikit sekali kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk berperan-serta memutuskan cara terbaik untuk kepentingan belajar mereka. Memang diakui, kebanyakan guru yang otoriter dapat menyelesaikan tugas keguruannya dengan baik, dalam arti sesuai dengan rencana. Namun guru yang seperti ini sangat sering menimbulkan kemarahan dan kekesalan para siswa khususnya siswa pria, bukan saja karena wataknya yang agresif tetapi juga karena merasa kreativitasnya terhambat.
Kedua, guru laissez-faire (sebut: lezei fee), padanannya adalah individualisme (faham yang menghendaki kebebasan pribadi). Guru yang berwatak ini biasanya gemar mengubah arah dan cara pengelolan PBM secara seenaknya, sehingga menyulitkan siswa dalam mempersiapkan diri. Sebenarnya, ia tidak menyenangi profesinya sebagai tenaga pendidik meskipun mungkin memiliki kemampuan yang memadai. Keburukan lain yang disandang adalah kebiasaan rutinnya menimbulkan pertengkaran-pertengkaran kecil.
Ketiga, guru demokratis (democratic). Arti demokratis adalah bersifat demokrasi, yang pada intinya mengandung makna memperhatikan persamaan hak dan kewajiban semua orang. Guru yang memiliki sifat ini pada umumnya dipandang sebagai guru yang paling baik dan ideal. Alasannya, disbanding dengan guru-guru lainnya guru ragam demokratis lebih suka bekerja sama dengan rekan-rekan seprofesinya, namun tetap menyelesaikan tugasnya secara mandiri. Ditinjau dari sudut hasil pengajaran, guru yang demokratis dengan yang otoriter tidak jauh berbeda. Akan tetapi dari sudut moral, guru yang demokratis lebih baik sehingga ia lebih disenangi baik oleh rekan-rekan sejawatnya maupun oleh para siswanya sendiri.
Keempat, guru yang otoritatif (authoritative). Otoritatif berarti berwibawa karena adanya kewenangan baik berdasarkan kemampuan maupun kekuasaan yang diberikan. Guru yang otoritatif adalah guru yang memiliki dasar-dasar pengetahuan bidng studi vaknya maupun pengetahuan umum. Guru seperti ini biasanya ditandai oleh kemampuan memerintah secara efektif kepada para siswa dan kesenangan mengajak kerja sama dengan para siswa bila diperlukn dalam mengikhtiarkan cara terbaik untuk penyelenggaraan PBM. Dalam hal ini, ia hampir sama dengan guru yang demokratis. Namun, dalam hal memerintah atau memberi anjuran, guru yang otoritatif pada umumnya lebih efektif, karena lebih disegani oleh para siswa, dan dipandang sebagai pemegang otoritas ilmu pengetahuan vaknya seperti yang telah diuraikan di muka.












BAB II
KESIMPULAN

Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah membantu dan membimbing siswa untuk mencapai kedewasaan seluruh ranah kejiwaan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, baik kriteria institusional maupun konstitusional. Untuk dapat menjalankaan tugas dan tanggung jawabnya itu, guru berkewajiban merealisasikan segenap upaya yang mengarah pada pengertian membantu dan membimbing siswa dalam melapangkan jalan menuju perubahan positif seluruh ranah kejiwaannya. Dalam hal ini, kenyataan yang paling utama dalam memberi bantuan dan bimbingan itu adalah mengajar. Yang pada pelaksanaannya, seorang guru harus memberikan yang terbaik kepada para siswanya. 
Memang telah diketahui dan bisa dimaklumi bahwa setiap guru mempunyai karakteristik atau ciri khas dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Akan tetapi dalam penerapannya,seorang guru harus mampu membawa siswa kepada metode pembelajaran yang efektif dan tidak menekan pada perkembangan siswa. Perubahan gaya kepemimpinan dalam PBM seperti ini sangat penting untuk direalisasikan demi menjamin kesuksesan proses belajar-mengajar. 











DAFTAR PUSTAKA

Syah, Muhibbin. 1997. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cetakan ke-3. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

1 komentar:

  1. 11bet : Situs Judi Slot Online Terpercaya dan Judi Online
    Daftar slot online terpercaya dan judi 11bet online terbaik Indonesia. Pragmatic Play fun88 soikeotot merupakan ラッキーニッキー daftar slot online, slot88, judi bola, casino dan poker.

    BalasHapus