PENDAHULUAN
Perlu dicatat bahwa dalam interaksi instruksional antara guru dengan
siswa, istilah proses mengajar-belajar (PMB) dipandang lebih tepat daripada
proses belajar-mengajar (PBM). Alasannya, karena dalam “proses” ini yang hampir
selalu lebih dahulu aktif adalah guru (mengajar) lalu diikuti oleh aktivitas
siswa (belajar), bukan sebaliknya. Selain itu para pakar psikologi pendidikan
kelas dunia seperti Barlow (1985) dan Good & Brophy (1990) menyebut
hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu dengan istilah “teaching-learning
process” bukan “learning-teaching process”. Sehubungan dengan ini,
setiap guru sangat diharapkan memiliki karakteristik (ciri khas) kepribadian
yang ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis-pedagosis.
Hal lain yang juga perlu dimiliki oleh para guru adalah kompetensi dan
profesionalisme keguruan yang sampai batas tertentu sering terlupakan oleh para
guru. Sehingga, tidak jarang muncul anggapan bahwa guru itu tak berbeda dengan
profesi lainnya. Oleh karena itu, dalam hal ini penulis akan menguraikan
tentang posisi dan ragam guru dalam konteks belajar-mengajar. Namun dalam
penggunaannya istilah PBM masih tetap dipertahankan untuk selanjutnya.
BAB
I
PEMBAHASAN
Dalam PBM setiap materi pelajaran, posisi para guru sangat penting
dan strategis, meskipun gaya dan penampilan mereka sangat bermacam-macam. Di
antara mereka ada yang terlalu keras dan ada pula yang terlalu lemah dan
sebagainya.
A.
Posisi Guru dalam Proses Belajar-mengajar
Menurut Claife (1976), guru adalah: ...an
authority in the disciplines relevant to education, yakni pemegang hak
otoritas atas cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
pendidikan. Walaupun begitu, tugas guru tentu tidak hanya menuangkan ilmu
pengetahuan ke dakam otak para siswa, tetapi juga melatih keterampilan (ranah
karsa) dan menanamkan sikap serta nilai rasa (ranah rasa) kepada mereka
(Daradjat, 1982).
Sehubungan dengan hal itu, rangkaian
tujuan dan hasil yang harus dicapai guru terutama ialah membangkitkan kegiatan
belajar siswa. Dengan kegiatan siswa diharapkan berhasil mengubah tingkah
lakunya sendiri ke arah yang lebih maju dan positif.
Selanjutnya , untuk memperjelas
uraian mengenai posisi guru tadi, berikut ini penulis sajikan sebuah model.
Posisi Guru dalam PBM
|
|
|
Model ini menunjukkan bahwa kegiatan
belajar siswa merupakan akibat atau hasil kegiatan guru mengajar dalam konteks
PBM. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan adanya proses belajar siswa
tanpa melibatkan kegiatan guru, misalnya belajar di luar konteks PBM atau
ketika siswa melakukan apa yang disebut everyday learning (Biggs, 1991).
Artinya, setiap guru mengajar selalu membutuhkan murid belajar, tetapi tidak
semua murid belajar membutuhkan guru mengajar.
B.
Ragam Guru dalam Proses Belajar-mengajar
Berdasarkan hasil riset mengenai
gaya penampilan dan kepemimpinan para guru dalam mengelola PBM, ditemukan tiga
ragam guru, yakni: otoriter, laissez-faire, dan demokratis. Tetapi,
Barlow (1985) mengemukakan satu lagi yaitu otoritatif. Penjelasan
mengenai ragam-ragam guru ini adalah sebagai berikut.
Pertama, guru otoriter (authoritarian).
Secara harfiah, otoriter berarti berkuasa sendiri atau sewenang-wenang.
Dalam PBM, guru yang otoriter selalu mengarahkan segala aktivitas siswa dengan
keras tanpa dapat ditawar-tawar lagi. Hanya sedikit sekali kesempatan yang
diberikan kepada siswa untuk berperan-serta memutuskan cara terbaik untuk
kepentingan belajar mereka. Memang diakui, kebanyakan guru yang otoriter dapat
menyelesaikan tugas keguruannya dengan baik, dalam arti sesuai dengan rencana.
Namun guru yang seperti ini sangat sering menimbulkan kemarahan dan kekesalan
para siswa khususnya siswa pria, bukan saja karena wataknya yang agresif tetapi
juga karena merasa kreativitasnya terhambat.
Kedua, guru laissez-faire (sebut:
lezei fee), padanannya adalah individualisme (faham yang menghendaki kebebasan
pribadi). Guru yang berwatak ini biasanya gemar mengubah arah dan cara
pengelolan PBM secara seenaknya, sehingga menyulitkan siswa dalam mempersiapkan
diri. Sebenarnya, ia tidak menyenangi profesinya sebagai tenaga pendidik
meskipun mungkin memiliki kemampuan yang memadai. Keburukan lain yang disandang
adalah kebiasaan rutinnya menimbulkan pertengkaran-pertengkaran kecil.
Ketiga, guru demokratis (democratic).
Arti demokratis adalah bersifat demokrasi, yang pada intinya mengandung makna
memperhatikan persamaan hak dan kewajiban semua orang. Guru yang memiliki sifat
ini pada umumnya dipandang sebagai guru yang paling baik dan ideal. Alasannya,
disbanding dengan guru-guru lainnya guru ragam demokratis lebih suka bekerja
sama dengan rekan-rekan seprofesinya, namun tetap menyelesaikan tugasnya secara
mandiri. Ditinjau dari sudut hasil pengajaran, guru yang demokratis dengan yang
otoriter tidak jauh berbeda. Akan tetapi dari sudut moral, guru yang demokratis
lebih baik sehingga ia lebih disenangi baik oleh rekan-rekan sejawatnya maupun
oleh para siswanya sendiri.
Keempat, guru yang otoritatif
(authoritative). Otoritatif berarti berwibawa karena adanya kewenangan
baik berdasarkan kemampuan maupun kekuasaan yang diberikan. Guru yang
otoritatif adalah guru yang memiliki dasar-dasar pengetahuan bidng studi vaknya
maupun pengetahuan umum. Guru seperti ini biasanya ditandai oleh kemampuan
memerintah secara efektif kepada para siswa dan kesenangan mengajak kerja sama
dengan para siswa bila diperlukn dalam mengikhtiarkan cara terbaik untuk
penyelenggaraan PBM. Dalam hal ini, ia hampir sama dengan guru yang demokratis.
Namun, dalam hal memerintah atau memberi anjuran, guru yang otoritatif pada
umumnya lebih efektif, karena lebih disegani oleh para siswa, dan dipandang
sebagai pemegang otoritas ilmu pengetahuan vaknya seperti yang telah diuraikan
di muka.
BAB II
KESIMPULAN
Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah
membantu dan membimbing siswa untuk mencapai kedewasaan seluruh ranah kejiwaan
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, baik kriteria institusional
maupun konstitusional. Untuk dapat menjalankaan tugas dan tanggung jawabnya
itu, guru berkewajiban merealisasikan segenap upaya yang mengarah pada
pengertian membantu dan membimbing siswa dalam melapangkan jalan menuju
perubahan positif seluruh ranah kejiwaannya. Dalam hal ini, kenyataan yang
paling utama dalam memberi bantuan dan bimbingan itu adalah mengajar. Yang pada
pelaksanaannya, seorang guru harus memberikan yang terbaik kepada para
siswanya.
Memang telah diketahui dan bisa dimaklumi bahwa setiap guru
mempunyai karakteristik atau ciri khas dalam menjalankan tugasnya sebagai
pendidik. Akan tetapi dalam penerapannya,seorang guru harus mampu membawa siswa
kepada metode pembelajaran yang efektif dan tidak menekan pada perkembangan
siswa. Perubahan gaya kepemimpinan dalam PBM seperti ini sangat penting untuk
direalisasikan demi menjamin kesuksesan proses belajar-mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Syah,
Muhibbin. 1997. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cetakan
ke-3. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
11bet : Situs Judi Slot Online Terpercaya dan Judi Online
BalasHapusDaftar slot online terpercaya dan judi 11bet online terbaik Indonesia. Pragmatic Play fun88 soikeotot merupakan ラッキーニッキー daftar slot online, slot88, judi bola, casino dan poker.